Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pro Integrasi vs Pro Merdeka di Papua

Pembentangan Bendera Merah Putih Raksasa Di Keerom, Papua | Foto : Istimewa
Situasi di Papua makin memanas suhu politiknya, gerakan pro kemerdekaan terus menggelar aksi demi dalam menggalang dukungan rakyat. Demikian pula pro integrasi, tetap melakukan bagiannya dengan membangun kesadaran bahwa Papua sudah final didalam indonesia.

Pada 1 Mei kemarin, bentuk peringatannya pun ada 2 versi yang nampak ke publik. Ada yang memperingati 53 Tahun integrasi Papua ke Indonesia atau bahasa trennya, 53 Tahun Kembalinya Papua ke Ibu Pertiwi dan ada juga bentuk peringatan sebagai Hari Aneksasi, 53 Tahun Aneksasi Indonesia atas Papua.

Ada pro ada kontra pada setiap pilihan. Ada yang mau tetap sebagai satu kesatuan dengan indonesia ada pula tuntutan untuk diakui hak kedaulatan sebagai bangsa merdeka. Semua kembali pada pilihan dan alasan dasar dari pada tuntutan tersebut dari rakyat Papua.

Sejarah, tentu saja sejarah memegang peranan penting. Bila didalam sejarah yang terjadi dimasa lalu tidak dibuka secara faktanya atau kata lain terus ditutupi mana yang benar dan mana yang salah maka sudah pasti sampai kapanpun akan tetap ada pro dan kontra menyangkut Papua.

Di Jayapura aksi mendukung kemerdekaan Papua; dari para pemuda Papua pro merdeka akhirnya ditangkap polisi, selain jayapura ada juga kota-kota lain di Papua yang berujung polisi. Di Sentani, ada aksi dari pro integrasi yang menolak kehadiran organisasi-organisasi pro merdeka bahkan bendera ikut dibakar.

Apapun yang terjadi, semoga tanah Papua tetap dalam situasi dan kondisi yang kondusif. Memang setiap orang punya hak untuk bersuara, apapun yang ingin disuarakan tetapi tetap dengan cara-cara damai dan bermartabat. Tanpa menambah luka dan penderitaan bagi rakyat dan bangsa Papua sendiri.