Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ketika Semua Serba Medsos, Dikenal, Didengarkan dan Menyenangkan

Dampak perkembangan teknologi dan kemajuan dibidang social media ikut andil dalam membentuk karakter generasi masa kini. Termanja pada kemajuan yang sebenarnya membuat ketergantungan pada perkembangan diri sendiri, pergaulan dengan lingkungan sekitar dan sebagainya.

"Apa yang anda  pikirkan"  itu tulisan yang nampak ketika dinding facebook dibuka. Lantas yang terlintas itu mulai dituliskan, ada yang berisi kata doa, syukur, terimakasih dan lain sebagainya. Dan selain doa pasti ada perasaan tentang sesuatu hal juga ikut tertulis. Lantas bila diperhatikan aktivitas menulis status didinding facebook atau twitter ataupun sosmed lainnya pastilah disesuaikan dengan suasana hati serta pandangan/tatapan, apa yang dilihat mata, dicerna otak lalu jari bermain lincah membentuk kata kata indah dsbnya.

Misalnya saat itu lagi membaca, maka sudah pasti diberitahukan kepada publik dengan menuliskan buku yang dibacanya. Entah bacaan itu habis dan tidak, intinya diberitahukan kepada teman-teman dan tak lama like bertambah, komentar mungkin ikutan, apalagi jika buku yang disertakan merupakan suatu buku baru terbit. Perilaku ini masih tergolong wajar. Ada lagi yang lebih unik yaitu mengapa kemarahan kepada seseorangpun ikut tertuang didalam tulisan statusnya. Kata-kata kebun binatang beserta isinya ikut disertakan. Nah ini yang paling berbahaya.

Disadur dari Jurnal : Sosial Media dalam Persfektif Psikologi, oleh Selviana tahun 2016  ia menuliskan tentang beberapa alasan seperti yang dimuat kembali dibawah ini:
Saat ini media social menjadi salah satu ajang untuk mengekspresikan perasaan atau untuk menunjukan sesuatu kepada orang lain, hanya saja hal tersebut tak jarang dilakukan secara berlebih bahkan mengumbar urusan pribadi yang tidak seharusnya diperlihatkan. Dikalangan remaja, media sosial juga sering kali digunkan sebagai ajang pamer.

Lalu apasih sebenarnya alasan seseorang terlalu sering meng-update di sosial media?
Berikut beberapa alasannya :

Memberikan Perasaan Menyenangkan

            Sebenanya jika kita pikir-pikir lagi apa sih manfaatnya kita meng-update keberadaan kita seperti di aplikasi sosial media, atau menulis status yang hanya sekedar menyatakan kita berada dimana dan sedang makan apa. Akan tetapi menurut penelitian terakhir kecenderungan seseorang menceritakan tentang dirinya mempengaruhi pelepasan senyawa kimia di otak yang memberikan perasaan menyenangkan, dalam pandangan psikologi sendiri dikenal sebagai Asertif yaitu kita menyampaikan perasaan kita sehingga dapat menimbulkan perasaan lebih lega atau menyenangkan.

Kebutuhan untuk didengarkan

            Mungkin bagi sebagian orang tidak mudah untuk menceritakan seseuatu dengan orang lain secara langsung, atau bisa jadi jadi tidak banyak juga orang yang mau mendengarkan keluh kesah orang lain. nah, alasan inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa seseorang lebih sering curhat dan mencurahkan isi hatinya melalui sosial media. Kebutuhan untuk didengarkan ternyata menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, bahkan Dale Carnegie, seorang penulis Amerika, dalam penelitiannya menunjukan bahwa kebutuhan manusia untuk didengarkan sertara dengan kebutuhan untuk makan, kesehatan, tempat tinggal, dan seks. Wajar saja yaabegitu banyak orang yang sering mengungkapkan perasaannya di sosial media, tapi alangkah baiknya jika kita lebih mengembangkan komunikasi secara langsung, selain dapat mempererat hubungan juga lebih minim resiko akibat curhat di media sosial.

Kebutuhan untuk Dikenal

            Menurut pandangan psikologi salah satu alasan seseorang eksis di media sosial adalah karena kecenderungan ingin dikenal dan dilihat banyak orang. Tidak dipungkiri bahwa dengan terkenal maka orang secara psikologis akan merasa lebih bangga, hal tersebut juga merupakan hal yang wajar. Akan tetapi fenomena yang berkembang saat ini adalah pengguna media sosial mengekspresikan dirinya secara berlebihan dan bertentangan dengan nilai moral yang dijunjung dalam masyarakat.  Dan tidak jarang postingan yang berkonten negatif tersebut menjadi trend dan dianggap goals bagi sebagian orang.

Oleh karena itu, sebaiknya kita sebagai pengguna sosial media dengan lebih bijak dan mulailah lebih peka terhadap masalah dan dampak yang akan terjadi baik bagi diri sendiri atau bagi lingkungan sekitar, dan mulai memahami bahwa ketenaran karena sebuah prestasi lah yang patut dibanggakan. Akan tetapi jika ketenaran tersebut berasal dari benda-benda yang bersifat materi yang dipamerkan di media sosial bukanlah sebuah prestasi.

Gabhex | Bisa Papua