Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cerita : Bukan Aku Ayah

Beberapa lembaran uang yang ditaruh disaku celananya telah raib saat memeriksa isi saku celana. Posisi gantungan yang tadinya menjadi tempat ditaruh celana itupun telah berpindah, siapa gerangan yang mengambil dan memindahkan? bukankah saat ini  yang berada dirumah ini hanyalah berdua, si ayah dan Toni anaknya; Sontak saja tuduhan dari sang ayah dialamatkan kepada anaknya.

Toni...! Toni...!
Kesini kamu!

Kamu yang pindahkan celana ayah dan mengambil sesuatu disaku celana ayah ?

Bukan sa yang ambil!
Bukan saya!
Bukan..ayah...!

Teriak si Toni membalas ayahnya yang menuduhnya telah mengambil uang disaku celana ayahnya.

"Kalau bukan kamu? Lantas siapa lagi yang masuk kesini dan mengambilnya" balas ayahnya.

Apakah ayah harus menuduh ibumu yang mengambilnya ? Sedangkan ibumu seharian ini tak dirumah. Ibu masih ditempat nenek. Kalau bukan kamu Toni? Siapa lagi? Ayo jawab! Hardiknya ayahnya.

Dalam beberapa hari terkahir ini di lingkungan kampung kecil dipinggiran kota ini beredar isu ada pencuri tanpa busana merajela. Target mereka rumah kosong tak berpenghuni disiang hari ataupun ada penghuni malam. Mereka mampu masuk dan membuat seisi rumah jadi terlelap. Bukan isapan jempol desas desus tersebut telah merebak sampai dikampung kampung tetangga. Tak terkecuali bapaknya Toni.

Tak mudah memang mempercayai sesuatu yang tahayul. Apalagi pencurian seperti itu dikaitkan dengan kemampuan magis lain yang dimiliki oleh sipencuri.

Ayah toni masih berpikir dengan logika yang wajar jika itu tak mungkin. Sipencuri pastilah melakukan pencurian disaat korban lengah lantas soal cerita buat seisi rumah terlelap hanya pendapat korban yang kebetulan kecapaian hingga terlelap dalam tidur dan baru menyadari setelah mencari tak menemukan yang dicari.

Artinya ia masih tidak yakin ada kekuatan gelap yang dipakai oleh para komplotan penjahat untuk mencuri. Ia hanya percaya pada logika yang bisa diterima akal sehat.

Sampai saat inipun ia belum mendengar ada saksi yang melihat secara nyata komplotn tersebut, dan itu menambah keyakinnya. Bahwa cerita itu tak benar.

Toni masih tidak terima dan tetap membela diri didepan ayahnya.

Ayah! Bukan aku.
Ayah jangan terus mencurigai aku sebagai pelaku.
Ayah tak pernah mengajarkan ku untuk mengambil tanpa izin.
Ayah mengajarkan untuk aku jujur dan sekarang aku jujur malah ayah masih tetap menuduhku ayah?

Setelah sang ayah mendengar pembelaan Toni anaknya. Masih diantara beragaman tanda tanya "apakah benar yang dikatakan Toni? Bila benar; lantas siapa yang mengambilnya?

Jangan-jangan apa yang dikatakan warga kampung ada benarnya. Jika benar maka mesti ada gerakan bersama untuk menyergap para gerombolan pencuri itu. Para pencuri itu harus diberi pelajaran. Tetapi bagaimana menangkap dan membuktikan mereka sebagai pelaku yang mengambil uang disaku celananya? ataukah uang tersebut terpakai tanpa disadari pada hari sebelumnya? entahlah...

Tapi....hhmmm sudahlah...

Sambil bergumam seraya menarik napas panjang ayah Toni mencoba mengingat kembali rentetan aktivitasnya diwaktu kemarin sebelum menemukan hilangnya uang disaku celana.

***
Cerpen Karangan: Gabhex | Bisa Papua
Kategori: Cerpen Keluarga
Ilustrasi gambar : ruangmuslimah.co