Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cerita: Bila Cinta Mengapa Marah-Marah?

Ko bilang cinta diawal dulu, ko bilang sayang lalu lanjut salling memiliki sampai nanti tua. Semua memori itu macam kembali... ketika saat ini..., tapi…terbalik yang terjadi.
Berubah sikap manismu, entahlah karena apa? Bila cinta kenapa marah-marah?

Bermacam dugaan aneh-aneh melintasi pikiran Dewi siang itu.
Siang ketika dimana suaminya mulai menunjukan temperamen yang berbeda.
Ada nada kasar dalam bicaranya, ada tekanan suara yang begitu kuat dirasa menyentuh hati si dewi. Apapun yang membuat perubahan sikap suaminya belum ia pahami. Karena selama ini semuanya berjalan normal. Rumah tangga keduanya harmonis. Lengkap kasih sayang bahkan berlipat, tak ada tanda-tanda bila keretakan akan semakin mendekat.

Sore itu hujan masih saja mengguyur sebagian kota, diberanda rumah yang sunyi itulah Dewi duduk manis didepan teras. Tersenyum dalam getir, terhanyut oleh perasaan yang menggelora didalam dada. Bahkan penerawangannya mulai melintasi waktu dan kembali ke masa lalu.
Masa-masa indah berawal dimana ia mulai mengenal si suami. Pandangan pertama yang buat ia jatuh cinta, berlanjut dengan pedekate, lalu pacaran yang hanya beberapa bulan dan berlanjut dengan menikah.

Dalam suatu perjalanan dengan angkutan umum, Dewi duduk dibagian kiri belakang angkot tersebut. Sambil sandarkan kepala, ia melihat-lihat keluar jendela angkot.
Melintasi jalanan hingga suatu halte angkot pun berhenti dan naiklah seorang lelaki yang necis. Berpakaian yang sopan, baju masuk dalam dan seprtinya orang terpelajar. Namun ia belum menjadi pusat perhatian dewi.

Tanpa disadari tubuh terguncang oleh roda kendaraan angkot tua yang masuk dalam lubang jalanan yang terabaikan. Keduanya saling bertabrakan dan senyum-senyum sendiri. Memang tidak seberapa lubang jalanan itu tetapi cukup buat seisi angkot serasa mau terlempar keluar. Tak tanda protes kepada sopir yang kemudikan angkot, semua penumpang memilih senyum senyam liat kesana kemari. Syukurlah kita semua aman-aman…..

Akhirnya si pria yang lebih dahulu memulai perkenalan. Sambil ulurkan tangan kepada Dewi  sembari menyebut namanya. Lanjut asal mana, tujuan kemana dan beberapa pertanyaan lain mulai dibalas dewi.

***

Mah…mah..
Dewi! Dewi!
Ko kenapa tidur disini? Tanya suaminya yang baru pulang.

Dewi rupanya terbawa dalam suasana hingga ketiduran diteras rumahnya, hampir saja berlanjut sampai malam, untungnya dibangunkan sang suami.

Sambil kucek-kucek mata lalu lihat keluar, wah ternyata hujan sudah berhenti. Langit memang tidak kembali cerah, masih ada awan hitam yang sewaktu-waktu bisa menjadi hujan dan kembali mengguyur kota. Akhirnya iapun bergegeas masuk kembali didalam rumah.
Didalam kamar sang suami berganti pakaian lalu berbicara serius pada istrinya, tapi ia tak pernah memberitahukan alasannya kenapa beberapa hari belakangan ini sikapnya sedikit berubah. Mungkin bagi dia tak penting hingga ia hanya memilih menyampaikan yang seharusnya saja. Soal perasaan negative, dan berbagai hal lainnya tidak harus disampaikan.

Istriku, cinta kita memang telah merekat kuat, dulu cinta kita dimulai dengan kemesraan yang  mengenakan, seiring berjalannya waktu kemesraan itu mendapatkan tantangan. Hingga tanda cinta kitapun berubah.  Bila kadang sa marah itu bukan sesuatu yang harus menjadi perusak cinta dihatimu, begitu pula sebaliknya bila kelak ko marah, itupun bukan sesuatu yang menjadi dasar alasan menurunnya kadar cinta. Mari buat, marah-marah itu menjadi bagian dari rasa cinta kita.
Sambil senyum-senyum, Dewi menatap serius mendengarkan setiap kata dari suaminya.
Tumben ada apa dengan suamiku, sore ini tak seperti biasanya. Mungkin efek dari minum air hujan semakin pintar saja dan membangun suasana rumah tangga kami.

Sekian
***

Penulis: Gabhex | Bisa Papua
Ilustras Gambar Google (medicalnewstoday.com)
Cerita diatas hanya untuk bacaan semata, apabila ada nama dll mohon dimaafkan