Tomang; Tas Keren khas Fakfak
Bisa dibayangkan betapa ribetnya bila kita membawa barang-barang dalam jumlah tertentu dan tidak memiliki tas dan sebagainya untuk mengisi dan membawa dengan mudah barang-barang tersebut.
Jauh sebelum tas moderen, kantong plastik maupun wadah untuk mengisi barang-barang tertentu diisi; sama seperti masyarakat tradisional dibelahan dunia yang lain telah menggunakan anyaman dedaunan untuk merangkainya menjadi wadah atau tas pada masa lalu.
Tas tradisional berbahan dasar dari alam, yakni daun pandan hutan yang dipakai; Untuk proses pembuatan dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahannya oleh para ibu-ibu maupun dibantu para suaminya. Lalu mulai dianyam menjadi tas yang kemudian disebut Tomang.
Saya masih ingat sekali, semasa sekolah dasar dikampung ukuran tomang yang dipakai sesuai dengan besar buku tulis. Ini sangat membantu, daripada buku tulis harus dipegang mending dimasukan kedalam tomang, membawanya lebih mudah.
Namun pergeseran kemajuan lantas tidak begitu saja membuat masyarakat lupa, kini sudah ada beberapa pengrajin yang mulai membuat tomang untuk kemudian dipasarkan.
Seperti Noken Warisan Dunia, mungkinkah Tomang juga menyusul?
Noken Papua telah menjadi warisan dunia, bahkan hari nokenpun sudah ditetapkan. Bagaimana dengan toemang? Mungkinkah tas tradisional warisan para leluhur dinegeri Mbaham Matta dapat menjadi the next yang akan diakui juga sebagai warisan dunia?
Dalam prosesi adat terkadang Tomang dikenakan seperti nampak pada foto dibawah ini:
Ada beberapa anak dari Sanggar Tomandin (gambar utama diatas) pimpinan nen Fredy Warpopor. Banyak dari generasi Mbaham Matta yang mungkin sudah melupakan proses pembuatan tomang, maupun tikar, juga lopa-lopa. Apalagi mengetahui bahan dasar pembuatannya; saya salut dan angkat topi untuk beliau ini yang mengambil peran penting dalam mempertahankan budaya agar tidak hilang.
Lanjut dari unggahan video di akun facebook nen Fredy Warpopor, Bahan dasar pembuatan tomang dari daun yang telah tersedia dialam. Bagaimana proses pencarian dan mengambil daun untuk membuatnya simak selengkapnya di video dibawah ini:
Jauh sebelum tas moderen, kantong plastik maupun wadah untuk mengisi barang-barang tertentu diisi; sama seperti masyarakat tradisional dibelahan dunia yang lain telah menggunakan anyaman dedaunan untuk merangkainya menjadi wadah atau tas pada masa lalu.
Tas tradisional berbahan dasar dari alam, yakni daun pandan hutan yang dipakai; Untuk proses pembuatan dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahannya oleh para ibu-ibu maupun dibantu para suaminya. Lalu mulai dianyam menjadi tas yang kemudian disebut Tomang.
Ukuran dan bentuknya beragam.
Ada yang ukuran kecil untuk mengisi pinang, siri dan kapur maupun ukuran besar untuk mengisi bahan-bahan makanan hasil kebun. Mengisi keladi, petatas dan lain sebagainya.Saya masih ingat sekali, semasa sekolah dasar dikampung ukuran tomang yang dipakai sesuai dengan besar buku tulis. Ini sangat membantu, daripada buku tulis harus dipegang mending dimasukan kedalam tomang, membawanya lebih mudah.
Kian Berkurang Yang Menganyam
Seiring waktu berjalan, pengaruh tas moderen sedikit menggeser tomang. Banyak orang kemudian beralih menggunakan tas modern. Ditambah lagi tradisi membuat atau menganyam tomang diwariskan sesuai dengan keinginan generasi. Misalnya seorang anak dalam keluarga tersebut punya keinginan untuk belajar menganyam tomang maka akan diajarkan bila tidak terkadang; sudah diajarkan pun akhirnya lupa.Namun pergeseran kemajuan lantas tidak begitu saja membuat masyarakat lupa, kini sudah ada beberapa pengrajin yang mulai membuat tomang untuk kemudian dipasarkan.
Seperti Noken Warisan Dunia, mungkinkah Tomang juga menyusul?
Noken Papua telah menjadi warisan dunia, bahkan hari nokenpun sudah ditetapkan. Bagaimana dengan toemang? Mungkinkah tas tradisional warisan para leluhur dinegeri Mbaham Matta dapat menjadi the next yang akan diakui juga sebagai warisan dunia?
Cintai Budaya dan Berpeganglah Pada Tradisi
Manusia yang melupakan adat istiadat, budaya juga tradisi-tradisi leuhur akan kehilangan asal usulnya. Begitu pula dengan kita yang masih punyai semua itu dan masih relevan dengan perkembangan zaman. Penuh tantangan antara mempertahankan atau membiarkan terkikis dan hilang ditelan kemajuan.Dalam prosesi adat terkadang Tomang dikenakan seperti nampak pada foto dibawah ini:
Menginspirasi, ini Contoh Terbaik
Muncul diberanda facebook ada rekaman video dan beberapa foto dengan keterangan Hari ini belajarnya langsung di Alam belantara Mbaham, mencari daun nduberten untuk pembutan tomang.Ada beberapa anak dari Sanggar Tomandin (gambar utama diatas) pimpinan nen Fredy Warpopor. Banyak dari generasi Mbaham Matta yang mungkin sudah melupakan proses pembuatan tomang, maupun tikar, juga lopa-lopa. Apalagi mengetahui bahan dasar pembuatannya; saya salut dan angkat topi untuk beliau ini yang mengambil peran penting dalam mempertahankan budaya agar tidak hilang.
Lanjut dari unggahan video di akun facebook nen Fredy Warpopor, Bahan dasar pembuatan tomang dari daun yang telah tersedia dialam. Bagaimana proses pencarian dan mengambil daun untuk membuatnya simak selengkapnya di video dibawah ini:
Terimakasih su baca-baca artikel budaya tentang Tomang; Tas Keren khas Fakfak; punya saran dan kritik, ada kolom komentar dibawah.
Merawat ingatan menulis yang terlintas; Jangan lupa ngopi
Salam Blogger
Gabhex | Bisa Papua