Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jalur Transportasi Makin terbuka, Peluang “Wajah Baru” bertambah

Akses tranportasi untuk mengkoneksikan antar wilayah di tanah Papua terus dilancarkan, pesawat terbang dengan harga tiket yang mahal tetapi tetap menjadi kebutuhan utama untuk urusan yang cepat. Jalur laut pelabuhan-pelabuhan baru terus dibuat atau yang lama diperbarui untuk bisa bersandar kapal besar maupun jenis kapal kecil macam perintis.

Secara umum apa yang telah dilakukan ini sangat baik dan bagus karena memudahkan masyarakat Papua untuk pergi dan pulang dari suatu kota ke kota lainnya. Namun kemudian yang menjadi suatu catatan tersendiri adalah sejauh ini tidak ada pembatasan kepada penduduk luar Papua yang datang untuk mencari pekerjaan atau sekedar kunjungan sementara.
Sejak tahun 1964 transmigrasi telah dimulai oleh pemerintah Indonesia dengan mengambil alih lahan-lahan masyarakat adat dan membagi-bagikannya untuk kepentingan para transmigran. Selain transmigran, para imigran gelap juga banyak berdatangan secara perorangan maupun secara kelompok.

Yah tidak menjadi masalah, mau datang untuk mencari penghidupan yang lebih layak silahkan saja, tetapi yang kemudian menjadi sebuah masalah adalah ketika kehadiran kaum migran yang bertambah banyak melebihi penduduk pribumi asli. Ancaman kepunahan dan pengambil-alihan lahan-lahan adat juga akan semakin besar. Selain itu persoalan mendasar semenjak wilayah Papua beralih kekuasaan dari belanda ke UNTEA berlanjut ke Indonesia ternyata masih sisakan tanda Tanya besar.

Pelurusan sejarah, hak-hak politik rakyat Papua masih diperjuangkan oleh rakyat Papua. Tetapi disisi lain kalah jumlah dengan kaum pendatang yang juga kemudian menjadi bernyali besar dan tanpa sadar ikut memaksa untuk mempertahankan apa yang bertentangan dengan perjuangan rakyat Papua. Mungkin saja beberapa diantaranya sadar tetapi lebih banyak juga yang diam dalam kenyataannya.
Tol Laut 13 Rute - sumber gambar sindonews

Tol laut ala Jokowi untuk satu harga, trans papua semenjak soeharto hingga jokowi  dan beberapa pembangunan lainnya hanyalah program ala kadar;  jika pengabaian atas tuntutan rakyat Papua yang terus masif dalam beberapa tahun terakhir ini menggema. Respon balik dari pihak pemerintah melalui tangan bajanya adalah penangkapan, pembubaran, penutupan ruang demokrasi dengan alasan anti pancasila, berbeda idiologi dan pengambil alihan rumah atau kantor seretariat dan lainnya.

Lihat juga: Siapa Capres Indonesia Pilihan Papua

Kekuatiran saya secara pribadi adalah wajah Indonesia yang dicita-citakan tak ada di Papua karena dari waktu ke waktu semenjak dipaksa bergabung dalam Indonesia dengan mengandalkan pilihan 1025 orang adalah kekerasan, penembakan, penangkapan,  pembunuhan, penjara dan tuduhan makar. Padalah dalam jaminan undang-undang dasar 1945 menjadi kemerdekaan ialah hak segala bangsa maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan… Selain itu, peningkatan jumlah penduduk Papua khususnya pribumi bukan makin bertambah, semakin menurun grafiknya.

Memang ada gerakan cinta Indonesia (Gercin) namun gerakan inipun menurut saya harus ikut mendorong persoalan mendasar yang terjadi yakni pelurusan sejarah Papua, apakah integrasi itu sudah final? Jika final mengapa masih ada tuntutan rakyat Papua untuk pemisahan diri?

Lihat juga: Perlunya Pendidikan Sejarah Bagi generasi

Makin melebar, kembali ke topic diatas, intinya yang ingin saya sampaikan melalui tulisan pendek ini, hendaknya para pengambil kebijakan didaerah terkhusus yang mengatur soal kependudukan untuk berani membatasi arus masuk dari luar Papua yang datang. Jangan hanya membangun jalur transportasi yang menghubungkan antar wilayah tetapi tidak ada pembatasan. Sehingga orang-orang berwajah baru tiba-tiba hadir dan mulai merebut apa yang bukan menjadi haknya. Papua dengan keistimewaan (otsus) hampir berakhir beberapa tahun lagi.

Akhir kata tulisan pagi menuju siang ini hanya sekedar pendapat dan bukan bermaksud lain dari itu. Silahkan jika ada yang sependapat maupun yang beda pendapat melanjutkan dikolom komentar.

Salam blogger

Gabhex | Bisa Papua

*Ket Gambar: KMP Erana, melayani pelayaran rute Fakfak-Kaimana-Tual, PP. infofakfak.com