Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mungkin Dendam Terlanjur Membara

Melalui media baik tv maupun online berita yang lagi marak tentang aksi teror, teroris semakin nekat dengan meledakan bom di tempat ibadah maupun di kantor polisi. Kejadian yang mengakibatkan pelaku menjadi korban sendiri, sekaligus orang-orang disekitarnya ini bukan sesuatu yang lazim. Apalagi dalam kasus peledakan bom disurabaya dilakukan oleh satu keluarga; lebih lanjut beberapa orang yang diamankan maupun dilumpuhkan aparat, masih memiliki hubungan, baik hubungan kekeluargaan maupun hubungan pertemanan yang karib tentunya.

Ils - google
Apa yang memotivasi mereka melakukan tindakan tersebut?
Apakah karena ajaran agama? tentu saja tidak. Agama apapun itu tidak mengajarkan hal seperti itu. Penafsiran dan tingkah laku manusia saja yang berbeda dan tidak mengikuti agama. Terlepas dari hal itu, menurut yang saya amati dan ikuti, dan belum tentu juga benar. Karena saya bukan ahli dibidang terorisme apalagi menyangkut pelau teror itu. Saya tidak begitu tahu mendetail tetapi dari serangkaian kejadian tersebut dapat kita lihat bersama ada unsur atau motif balas dendam yang dilakukan.

Mengapa menyasar tempat ibadah?

Tempat ibadah, Gereja menjadi sasaran aksi teror, bukan hanya di indonesia, teror terhadap gereja juga terjadi dibelahan bumi yang lain. Apa kaitanya sehingga target peledakan terjadi di gereja dan yang menjadi korban jemaat gereja tersebut? untuk bagian ini yang saya amati dan menurut saya, karena menyangkut dengan keyakinan (agama). Ada ungkapan bahwa mendoakan orang atau musuh, bahkan warga jemaat mengalami penindasan, kekerasan dan sebagainya pun tidak harus membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena yang akan membalasanya adalah sang kuasa. Sehingga ketika pelaku teror meneror, bahkan sampai meledakan pun, tetap didoakan.

Selain itu mungkin saja gereja bukan menjadi target utama, ada target lain seperti misalnya dari kasus bom di surabaya, setelah gereja. Target ke kantor polisi juga dilaksanakan. Hanya saja belum berhasil masuk kedalam sudah dicegat dan pelaku harus ledakan disaat itu.

Bagian ini juga bisa jadi hanya sebagai umpan dan ada target lebih besar yang sedang dipersiapkan? tapi targetnya kemana? apakah tempat ibadah lagi atau kantor polisi atau mall dan sebagainya. tentutnya harapan masyarakat luas, agar secepatnya pihak berwajib dapat memutus mata rantai terorisme sampai ke akar-akarnya. Bukan hanya tugas pihak berwajib, seluruh lapisan masyarakatpun harus berperan bersama untuk membongkar dan melawan para penebar teror ini.

Mungkin Dendam Terlanjur Membara

Dendam itu semakin menguat seiring berjalannya waktu melihat kejadian penembakan yang menembak saudara, teman atau keluarga maupun orang-orang tertentu yang ia (pelaku) menaruh simpati.
Tokoh panutan yang mungkin diproses hukum dan dianggap tidak seharusnya menurut si pelaku. Atau bisa jadi, istri menjanda karena suami dibunuh dengan dalil narkoba, atau dalang teror bom dan sebagainya. Kejadian-kejadian begini kadang dianggap aman dan tidak berefek padahal bisa jadi penambah motivasi, umpama saja seseorang yang diduga teroris dan hendak ditangkap namun kemudian ada perlawanan sehingga dilumpuhkan dengan tembakan namun sayangnya ia tak tertolong lalu tewas. Secara umum ia pantas mendapatkannya tetapi ketika ia ditembak di rumahnya, didepan keluarganya, anak dan istrinya.
Mereka akan kehilangan satu sosok ayah yang adalah segalanya bagi mereka. Untuk anak-anak yang menyaksikan peristiwa seperti ini tentu akan ada dendam yang menguat, sampai kapanpun ia akan selalu ingat bahwa ayahnya di tembak oleh polisi dengan tuduhan ini dan itu. Ia akan abaikan tuduhan itu dan menyalahkan pihak penembak sebagai pembunuh yang suatu kelak akan dibalaskan.

Memutus Mata Rantai Teroris

Bagaimana memutus mata rantai teroris yang terlanjur meresahkan dan membuat ketakutan-ketakutan besar di masyarakat? tentu berkaca pada persoalan yang telah terjadi. Ada banyak faktor yang membeentuk karakter seseorang hingga berani terjun menjadi pelaku bom bunuh diri dan sebagainya. Antisipasi dan lebih lanjut dibutuhkan perhatian ekstra dari pemerintah dan juga dari semua elemen untuk berperan aktif meminimalisir ruang gerak para teroris yang ada.
Mungkin agak sulit tetapi dengan keyakinan yang kuat dan kembali pada moral yang dibangun sejak dini tentang manusia sebagai makhluk sosial yang punya akal tentu bisa bisa sangat membantu.

Sekedar berbagi melalui tulisan, jika ada kesalahan dalam tulisan singkat ini, mohon dimaafkan, dan bila ingin tambahkan silahkan disambung dikolom komentar.

Salam Blogger

Gabhex | Bisa Papua