Facebook Dapil Berapa?
Bisa Papua” yang terhormat, siapapun anda yang saat ini berkunjung dan lagi baca tulisan-tulisan dalam blog ini bukan dari kelompok pembenci antar sesama tetapi lebih kepada orang-orang luarbiasa; apapun yang anda lakukan semoga diberkahi sang kuasa.
Oke lanjut dengan judul diatas, Facebook dapil berapa? Yah ini sebuah pertanyaan lelucon yang berangkat dari keseharian mengikuti ramainya penggunaan social media dalam hal ini facebook sebagai sarana kampanye. Sarana promosi nama, nomor urut, visi misi dan sebagainya. Tidak ada yang salah, selama mengikuti aturan yang diberlakukan oleh komisi pemilihan umum.
Social media seperti facebook, instagram, youtube, google plus, menjadi sarana pertemuan berbagai kalangan lintas usia, jabatan dan sebagainya didunia maya. Lintas batas antar provinsi, juga kabupaten bahkan distrik sampai kampung. Intinya punya akun, apa saja bisa diupdate diakun social media anda. Ada yang menggunakan untuk sarana promosi bisnis dan ajang pencarian dan pembukaan jaringan yang luas.
Penggunaan social media yang begitu luas ini memang dimanfaatkan oleh para caleg untuk sarana promosi diri, promosi visi misi juga menampilkan foto dengan nomor urut, partai pengusung dan juga daerah pemilihannya. Dari tingkat pusat sampai daerah, dari dapil dengan jaringan internet lancar sampai yang jaringan internet lelet bahkan tak ada jaringan internet. Harapannya yah tentu saja dilirik para pemilih di dapil terkait; lalu pada proses pemilihan dapat memilihnya. Yah tergantung para pemilih… :)
Lihat juga: Siapa Capres Indonesia, Pilihan Papua nanti?
Kekurangan menggunakan social media terutama faceook menurut saya antara lain, daftar teman dari caleg belum tentu dari dapil yang sama dan lebih kepada lintas wilayah. Pengguna social media yang berteman juga belum tentu dikenal dengan baik, hanya sebatas teman yang dikonfirmasi. Jumlah like dan komentar dari foto yang diposting belum bisa menjadi ukuran keberhasilan pemilih memilih caleg tersebut.
Untuk kelebihannya, hampir semua daftar teman mengetahui kalau anda sedang mencalonkan diri. Kritik saran, dukungan akan diberikan bisa saja melalui inbox, komentar foto dan lain sebagainya. Anda terkenal sebagai caleg dan akan semakin terkenal lagi dapilnya jika pajangan baliho, spanduk dan stiker ikut dibagikan. Lalu aktivitas kampanye dan hal positif lainnya yang menarik simpati pemilih diposting dalam akun social media. Ini lebih menarik dan mengundang rasa ingin tahu dari calon pemilih dibanding menjelek-jelekan yang sebelumnya. Karena belum tentu ketika anda diposisi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi facebook dan social media lainnya dapilnya bebas, suka-suka. Gunakan sebaik-baiknya untuk menarik simpati pendukung dan bukan untuk menjadikannya sebagai ajang pamer kepintaran dan lain sebagainya.
Tulisan spanggal ini bukan untuk kepentingan saya sebagai caleg,karena saya bukan caleg. Tetapi karena saya juga pengguna social media yang diberanda seperti facebook selalu ramai dengan foto-foto para calon pemimpin, calon wakil rakyat dan lainnya. Sekedar memberikan pendapat, punya saran dan pendapat lain silahkan tempel dikolom komentar.
Salam Blogger
Gabhex | Bisa Papua
Hallo gaesss pengunjung blog “
Oke lanjut dengan judul diatas, Facebook dapil berapa? Yah ini sebuah pertanyaan lelucon yang berangkat dari keseharian mengikuti ramainya penggunaan social media dalam hal ini facebook sebagai sarana kampanye. Sarana promosi nama, nomor urut, visi misi dan sebagainya. Tidak ada yang salah, selama mengikuti aturan yang diberlakukan oleh komisi pemilihan umum.
Social media seperti facebook, instagram, youtube, google plus, menjadi sarana pertemuan berbagai kalangan lintas usia, jabatan dan sebagainya didunia maya. Lintas batas antar provinsi, juga kabupaten bahkan distrik sampai kampung. Intinya punya akun, apa saja bisa diupdate diakun social media anda. Ada yang menggunakan untuk sarana promosi bisnis dan ajang pencarian dan pembukaan jaringan yang luas.
Penggunaan social media yang begitu luas ini memang dimanfaatkan oleh para caleg untuk sarana promosi diri, promosi visi misi juga menampilkan foto dengan nomor urut, partai pengusung dan juga daerah pemilihannya. Dari tingkat pusat sampai daerah, dari dapil dengan jaringan internet lancar sampai yang jaringan internet lelet bahkan tak ada jaringan internet. Harapannya yah tentu saja dilirik para pemilih di dapil terkait; lalu pada proses pemilihan dapat memilihnya. Yah tergantung para pemilih… :)
Lihat juga: Siapa Capres Indonesia, Pilihan Papua nanti?
Kekurangan menggunakan social media terutama faceook menurut saya antara lain, daftar teman dari caleg belum tentu dari dapil yang sama dan lebih kepada lintas wilayah. Pengguna social media yang berteman juga belum tentu dikenal dengan baik, hanya sebatas teman yang dikonfirmasi. Jumlah like dan komentar dari foto yang diposting belum bisa menjadi ukuran keberhasilan pemilih memilih caleg tersebut.
Untuk kelebihannya, hampir semua daftar teman mengetahui kalau anda sedang mencalonkan diri. Kritik saran, dukungan akan diberikan bisa saja melalui inbox, komentar foto dan lain sebagainya. Anda terkenal sebagai caleg dan akan semakin terkenal lagi dapilnya jika pajangan baliho, spanduk dan stiker ikut dibagikan. Lalu aktivitas kampanye dan hal positif lainnya yang menarik simpati pemilih diposting dalam akun social media. Ini lebih menarik dan mengundang rasa ingin tahu dari calon pemilih dibanding menjelek-jelekan yang sebelumnya. Karena belum tentu ketika anda diposisi lebih baik dari sebelumnya.
Jadi facebook dan social media lainnya dapilnya bebas, suka-suka. Gunakan sebaik-baiknya untuk menarik simpati pendukung dan bukan untuk menjadikannya sebagai ajang pamer kepintaran dan lain sebagainya.
Tulisan spanggal ini bukan untuk kepentingan saya sebagai caleg,karena saya bukan caleg. Tetapi karena saya juga pengguna social media yang diberanda seperti facebook selalu ramai dengan foto-foto para calon pemimpin, calon wakil rakyat dan lainnya. Sekedar memberikan pendapat, punya saran dan pendapat lain silahkan tempel dikolom komentar.
Salam Blogger
Gabhex | Bisa Papua