Pernyataan Said Didu, Bukan Penghinaan Untuk Papua, tetapi Contoh
Oke lanjut...
Lagi ramai dibahas warga net, cuplikan video pendek berisi pernyataan dalam suatu acara televisi Trans7, Rabu (3/4/2019); yakni Mata Najwa; acara debat ini menghadirkan 2 tim pemenangan antara Jokowi maupun Prabowo. Nah kelanjutan dari sesi debat bagian ketiga adalah melanjutkan dari apa yang disampaikan oleh para capres saat debat capres lalu.
Siapa Said Didu ?
Profil singkat Mohamad Said Didu yang juga merupakan Dewan Pakar BPN Prabowo Subianto - Sandiaga Uno dengan beberapa jabatan antara lain Stafsus MenESDM 2014-2016, Perekayasa di BPPT, Sek KemBUMN 2005-2010, Ketum PII 2009-2012, Ketum Alumni IPB 2008-2013. Ketua ICMI 2003-2005, DPR/MPR 1997-1999.
Berikut transkrip lengkap pernyataan Said Didu mengenai teknologi.
Ini contoh pemimpin yang bekerja secara sistem untuk menyelesaikan masalah. Dia menetapkan tujuan dulu baru menentukan alat.
Pak prabowo tujuannya adalah seluruh kekayaan alam, potensi alam untuk kesejahteraan rakyat baru mencari alat, teknologi adalah alat. Bukan berarti anti teknologi, tapi alat kalau alat itu tidak untuk kepentingan rakyat, buat apa.
Saya kasih contoh umpamanya e-commerce. Tapi ecommerce menjual produk China, buat apa bagi bangsa Indonesia. Yang paling penting adalah, teknologi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, jangan masukkan teknologi tinggi ke Papua umpamanya yang masyarakat belum sampai.
Jadi harus sesuaikan kemampuan masyarakat sehingga rakyat bekerja, sumber daya alam semua itu masuk dinikmati oleh negara.
Jangan kita jadi korban teknologi untuk kepentingan asing itu, yang ada di kepala orang yang biasa berpikir sistemik jangka panjang. Bukan tergoda dengan teknologi pemasar teknologi yang datang begitu saja ke negara ini.
Klarifikasi dan Permohonan Maaf
Viralnya video pendek yang diambil bagian “, jangan masukkan teknologi tinggi ke Papua umpamanya yang masyarakat belum sampai” menuai beragam komentar dari warga net. Setelah mendapat serangan kecaman dari berbagai warga net akhirnya melaluinya akun twitternya beliau menyampaikan permohonan maaf.
Berbagai komentar negatif dari warganet membuat Said Didu angkat bicara. Melalui akun Twitter pribadinya @saididu, Said menyampaikan permintaan maaf atas kesalahpahaman yang terjadi akibat pernyataanya.
"Ada yang menggoreng pernyataan saya pada acara @matanajwa yang seakan merendahkan saudara saya di Papua. Padahal maksudnya bahwa penggunaan teknologi harus disesuaikan dengan potensi daerah - artinya harus tepat guna sesuai SDA dan kemampuan SDM. Saya mohon maaf jika ada kesalahpahaman tentang hal tersebut," ungkap Said.
Penghinaan atau Bukan ?
Setelah membaca diatas, mengikuti tayangan video lengkapnya maka pendapat saya ini bukan sebuah penghinaan. Ini hanya sebuah contoh yang disampaikan dimana penggunaan teknologi harus untuk kemakmuran rakyat dan sesuai dengan sumber daya manusia yang ada. Jangan masukan teknologi yang kemudian sumber daya manusia belum ada. Lantas mendatangkan SDMnya dari luar.
Kaitan pernyataan tentang teknologi sehingga jika dilihat dari SDM untuk teknologi di Papua masih kurang. Kita bisa lihat dengan jumlah yang masih minim. Hal ini tentu berbeda dengan bidang yang lain.
Jangan mudah terprovokasi
Lagi musim politik atau beberapa hari lagi menuju ke proses pemilihan sehingga perang saraf melalui media sosial antar dua kubu semakin menjadi-jadi. Sebaiknya kita sebagai pengguna sosial meda lebih bijak dalam menilai beragam informasi yang tersebar. Cuplikan video sepotong sebaiknya dicari full videonya, sehingga tidak asal terjebak pada para pembuat dan penyebarnya.
Warganet Papua yang cerdas
Jangan mudah terprovokasi, lalu ikut-ikutan menganggap itu sebagai bentuk penghinaan dan merendahkan bangsa Papua. Ini bukan sesuatu yang baru terkait tuduhan macam begitu. Sejak klaim dan kehadiran indonesia untuk wilayah Papua semenjak itu pula telah terjadi. Era awal penggabungan wilayah bukankah “one man one vote” telah dirubah dengan perwakilan 1026 orang dalam memilih dan menentukan masa depan Papua? Atau klaim soekarno yang jelas-jelas isinya adalah merebut wilayah Papua ? bukankah itu yang lebih parah?
Protes berkaitan dengan sejarah yang perlu diluruskan saja belum terlaksana. Bangsa Papua berharap adanya dialog yang bermartabat namun sayang terabaikan begitu saja, selanjutnya sampai pada tuntutan untuk referendum namun lagi-lagi masih bungkam. Saran saya agar kita lebih bijak dan tidak terjebak dalam persoalan yang memang disengaja ataupun ditargetkan untuk membuat kita diadu domba.
Sekian dulu ulasan atau tulisan singkat saya, semoga saja tidak ada yang tersinggung tetapi cukup senyum-senyum . kalau ada pendapat berbeda tanggapi dibawah ini, ada kolom komentar.
Salam Blogger
Gabhex | Bisa Papua